Siang sepulang sekolah anakku yang bungsu merengek minta dibelikan anak ayam. Beberapa hari ini didepan sekolahnya mangkal seorang penjual anak-anak ayam dengan bulu yang sudah dicat beraneka ragam, hijau, kuning, juga merah. Bisa ditebak rumah kami jadi ramai dengan si cicit, nama yang dipilih anakku untuk anak ayamnya.
Seharian perhatiannya tak lepas dari anak ayam tersebut. Mulai dari memberi makan, diberi minum susu dipindah tempatnya kesana kemari, pokoknya sibuuukkkk bangeeetttt! Tidak ketinggalan si mbak, pembantu kami juga diberi tugas menjaga si cicit. " Mbak seterika sambil tungguin Cicit ya", pintanya karena dia harus berangkat les. Demikian juga malam harinya, " Mbak... cicit tidur di kamar mbak ya..", tentu saja mbaknya menolak, yang pasti pikirnya bakal nggak bisa istirahat karena suara si anak ayam yang bercuap-cuap terus. " Jangan...., nanti kalau teman mbak telpon, disangkanya mbak ada di kandang ayam".
Pagi harinya, badan anakku panas. Kata papanya, jangan-jangan terkena Flu burung. Karena saat itu flu burung hangat beritanya. Tanpa menunggu lagi si Cicit diungsikan. Aku mulai panik, jangan-jangan bener nih. Saat itu juga langsung kubawa anakku ke RS terdekat. Tak lupa aku ceritakan keberadaan si anak ayam tsb.
Dokter mulai memeriksa. Sambil senyum-senyum dia bertanya " Ini pasti anak ayam yang berwarna - warni ya?!" Benar dokter, kata anakku. Ibu nggak usah khawatir ini gejala flu biasa kok. Ehm lega sudah aku, Cicit......cicit bikin kami heboh aja.
dsar si karen ni aneh2 aja
BalasHapusHehe mama.... Boleh dong aneh2x sekali-kali :p
BalasHapus