Kembar ..........*&%$#@~??!!!. Ya, bayi dalam kandungan ibu kembar ! Kalimat itulah yang membuat perasaanku campur aduk. Senang, takut, bingung, sedih, bahagia. Ah galau sekali pikiranku membayangkan yang bakal terjadi. Betapa tidak aku yang belum pernah memegang bayi harus menghadapi bayi kembar. Belum lagi prasangka-prasangka buruk dengan kelainan anak kembar, semakin membuat hatiku ciut saja.
Setelah menerima hasil rongent dari RS aku menangis, suamiku bingung, apa yang terjadi? Setelah aku ceritakan kalau bayi kami kembar, dia mulai menenangkanku walaupun mungkin dia sendiri juga takut campur senang.
Pantas saja seiring berjalannya waktu perutku membesar tidak seperti ibu-ibu hamil lainnya, pada kehamilan 3 bulan sudah terlihat demikian besar, rasa mual-mual aku rasakan demikian hebat. Karena keterbatasan biaya kami tidak memeriksakan dengan USG, sampai pada bulan ketujuh karena membesarnya perut tidak semestinya dokter menyarankan untuk di rongent. Dari situlah diketahui kalau bayinya kembar, dokterpun menyarankan untuk tidak melahirkan di bulan kesembilan tapi sebelum bulan kesembilan karena kondisi perut saya, kulitnya sudah semakin menipis karena melar juga untuk menghindari kemungkinan terburuk akibat melarnya perut yang sudah maksimal.
Kamipun mulai subuk mempersiapkan kehadiran si kembar, terutama perlengkapan bayi harus double. Dan saat yang ditunggupun akhirnya datang juga, aku melahirkan si kembar, dua bayi mungil perempuan. ALHAMDULILLAH .... Segala kekhawatiran, kegalauan sudah bertukar dengan rasa syukur yang teramat dalam. Haru, bahagia mewarnai perasaanku saat itu. It's amazing ...., really real. I'm a MOM. Begitulah semuanya menjadi indah. Karena berat badan anak-anakku kurang dari normal (normal = 2,5 kg), berat sikembar masing-masing 2,2 kg dan 2,3 kg, jadi keduanya harus masuk inkubator selama seminggu sampai berat mereka normal dan siap menyambut dunia. Harapanku keduanya akan menjadi anak shalehah, amiin. Semoga !
Untuk membedakan juga memudahkan penangan dan pemeriksaan, keduanya diberi label Gemelli 1 dan Gemelli 2, karena belum bernama dan keduanya mirip. Sepulang dari RS kerja lembur untuk merawat dimulai. Rasa capai letih karena setiap malam sudah dipastikan harus begadang, menyusui, mengganti popok, menidurkan dilanjutkan dengan ritual keesokannya memandikan dan lain-lain, rasanya tak henti-henti, terus bergantian. Sering kurasakan pagi hari dengan mata yang maunya terpejam tapi tangisan si kembar seakan berteriak Mom.... tolong aku lapar, aku pipis, pingin digendong dsb. Segala rasa capai cepat sekali sirna kala melihat tubuh mungil yang lucu.
Hari-haripun berjalan, rasanya aku adalah orang yang sangat kaya dalam arti kasih sayang selalu mewarnai keseharianku, betapa tidak setiap hari selalu muncul sesuatu yang baru dari perkembangan si kembar dan semuanya adalah menakjubkan, terima kasih ya Allah, Engkau telah memberiku anugerah yang begitu indah.
Tak terasa mereka sudah semakin dewasa, semenjak mereka kecil memang selalu bersama dan mandapat perlakuan yang sama. Untuk baju ataupun perlengkapan yang dipakai setiap hari nyaris sama, kalaupun berbeda biasanya pada warnanya. Sekolahpun dari Taman Kanak-kanan sampai Sekolah Menengah Atas (SMU) selalu disekolah yang sama. Hanya setelah di Perguruan Tinggi si kembar (salah satu dari mereka) memutuskan untuk mengambil jurusan yang berbeda, katanya biar bisa lebih mengexplore apa yang ada pada mereka masing-masing. Kami (aku dan suami) menerima apa yang menjadi keputusan mereka dan berdo'a semoga apapun langkah yang diambil akan menjadikan kebaikan di masa mendatang, amiiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar